Tawuran kembali marak di Jakarta
Pusat. Kepolisian Resor Metro Jakarta Pusat mencatat 20 kali tawuran
terjadi sejak Januari hingga Rabu (29/9) kemarin. Namun, belum ada
solusi menyeluruh untuk mengatasi tawuran yang umumnya terjadi di
wilayah tertentu.
Baku lempar, baik antarwarga maupun pelajar,
terjadi di sejumlah tempat, seperti di Kecamatan Johar Baru, Kecamatan
Senen, dan Jalan Kramat Raya.
Terakhir, tawuran terjadi di Jalan
Tanah Tinggi XII, Selasa lalu. Tawuran tidak hanya saling lempar batu,
tetapi juga menggunakan senjata tajam. Tiga orang luka akibat kejadian
itu. Sehari sebelumnya, tawuran antarwarga terjadi di tempat yang sama.
Dari
keterangan yang dilansir situs web Humas Polda Metro Jaya, polisi
menyita sebilah samurai, balok kayu, dan empat selongsong petasan seusai
tawuran itu. Tiga pelaku yang masih berusia remaja ditangkap Polsek
Metro Johar Baru, yakni IM (16), Zu (16), dan Za (19).
”Dari
tawuran yang terjadi sebelumnya, kami juga sempat menangkap beberapa
tersangka,” papar Kepala Polres Metro Jakarta Pusat Komisaris Besar
Hamidin, Rabu.
Permukiman padat
Tawuran yang terjadi antarwarga biasa diawali anak-anak muda. Namun, penyebab tawuran tidak terlalu jelas lagi.
Anak-anak
muda itu biasa nongkrong bersama, bahkan hampir 24 jam. Kondisi itu
terjadi karena sebagian rumah dihuni lebih dari dua keluarga.
”Mereka
biasa tidur bergantian karena rumah sempit, tetapi penghuninya banyak.
Nah, sambil menunggu giliran istirahat, mereka nongkrong di pinggir
jalan atau di mulut gang,” kata Hamidin.
Kondisi itu membuat
masyarakat mudah terprovokasi dan terjadilah tawuran. Selain di Jalan
Tanah Tinggi XII, tawuran di Johar Baru juga terjadi antara lain di
Jalan T, Kampung Rawa, dan perempatan Jalan Baladewa. Sementara di
Kecamatan Senen, tawuran antarwarga juga terjadi di Jalan Kramat Pulo.
Tawuran
biasanya terhenti bila kawasan itu dijaga polisi. Polisi juga pernah
merazia permukiman seusai tawuran untuk mencari senjata yang digunakan
dalam tawuran itu.
”Hal ini bisa menjadi efek jera. Namun begitu
polisi pergi, tawuran terjadi lagi. Razia juga tidak bisa kami lakukan
terus- menerus karena keterbatasan tenaga. Pekerjaan kami, kan, tidak
hanya ini,” ucap Hamidin.
Camat Johar Baru Marsigit berharap
pemerintah hingga ke tingkat provinsi bisa memberikan perhatian pada
daerah yang kerap terjadi tawuran.
”Penataan permukiman secara
menyeluruh bisa membantu mencegah tawuran. Permukiman vertikal,
misalnya, bisa membuat orang mempunyai tempat tinggal yang layak
sehingga mereka tidak banyak nongkrong di tempat umum,” ucap Marsigit.
Sosiolog
Thamrin Amal Tamagola mengatakan, tawuran merupakan bentuk perebutan
ruang fisik. Pada beberapa kasus, tawuran juga terjadi karena perebutan
sumber ekonomi. Sebagian besar pelaku tawuran adalah anak muda.
”Penyediaan lapangan kerja bagi anak-anak remaja bisa menjadi solusi
untuk mencegah tawuran, selain solusi untuk menyediakan tempat tinggal
seperti rumah susun.” (ART)
SUMBER : KOMPAS.COM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar