TRADISI SADRANAN: Kerabat Trah Mangkunegara Nyadran ke Petilasan Gunung Gambar
Rombongan
pembawa gunungan mendaki bukit menuju Petilasan Gunung Gambar yang
menjadi saksi perjuangan RM Said atau Pangeran Sambernyawa di
Gunungkidul, Senin (16/7/2012). (JIBI/Harian Jogja/Apriliana Susanti)
Kerabat
dari Trah Mangkunegara menghadiri upacara adat sadranan di Dusun Gunung
Gambar, Desa Kampung, Ngawen, Gunungkidul, Senin, (16/7/2012). Beberapa
pejabat dinas dari Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dan ratusan warga
juga turut serta dalam upacara yang digelar setiap tahun itu.
Kedatangan kerabat Trah Mangkunegara yang terdiri atas Ir KRH Hartono
Wicitro Kusumo MM dan KRH Pangarsa Negara itu disambut dengan berbagai
kesenian tradisi masyarakat setempat. Bersama warga dan para peziarah,
kedua kerabat Mangkunegaran itu berjalan kaki mengikuti arak-arakan
gunungan menuju petilasan Raden Mas Said atau Mangkunegara I atau yang
lebih dikenal dengan Pangeran Samber Nyawa di puncak tertinggi Gunung
Gambar sejauh 700 meter dari pintu gerbang.
Mangkunegara menyerahkan gunungan tersebut kepada juru kunci Gunung
Gambar, Podo Winarno untuk kemudian didoakan sebagai sarana kenduri.
Baru setelahnya, gunungan dan berbagai ubarampenya itu dibagikan kepada
warga dan para peziarah untuk dimakan bersama-sama. “Sadranan ini
awalnya merupakan kiriman makanan untuk Raden Mas Said yang bertapa
selama masa perjuangan melawan penjajah Belanda dulu. Sekarang, upacara
mengirim makanan ini diteruskan setiap pasaran Senin Legi di bulan Juli
yang dihadiri pejabat kraton Mangkunegaran termasuk Mangkunegara IX,”
jelas Iman Tiyoso, 93, yang pernah menjadi juru kunci Gunung Gambar
selama 25 tahun.
Dalam setiap kali penyelenggaraannya, upacara adat sadranan selalu
dibanjiri oleh para peziarah yang ingin ngalap berkah. Mereka tidak
hanya berasal dari Gunungkidul saja, namun juga dari beberapa daerah
seperti Klaten, Solo, dan beberapa daerah di Jawa Tengah. Tidak sedikit
dari para peziarah tersebut yang ingin agar keinginannya dikabulkan
dengan mendatangi petilasan tersebut.
Warga dengan antusias mengikuti prosesi sadranan di Petilasan Gunung Gambar. (JIBI/Harian Jogja/Apriliana Susanti)
“Upacara
ini juga merupakan wisata spiritual bagi beberapa peziarah. Banyak dari
mereka yang percaya kalau ke sini bisa menyembuhkan penyakit mereka
ataupun mereka yang ingin agar naik jabatan,” jelas Giyanto, salah satu
peziarah asal Wonosari.
Sadranan sendiri telah terdaftar dalam cagar budaya Yogyakarta yang
secara otomatis menjadi tanggung jawab kabupaten Gunungkidul. Hal
tersebut semakin membuka peluang wilayah Gunung Gambar untuk dijadikan
sebagai desa wisata.
“Beberapa waktu lalu sudah kami usulkan ke gubernur dan ternyata
masuk klasifikasi untuk cagar budaya. Otomatis, pertanggung jawaban ada
pada kabupaten Gunungkidul. Walaupun sementara ini baru ada reog dan jathilan,
diharapkan tradisi lain yang mendukung di sini juga bisa dikembangkan.
Arahnya nanti adalah menjadi desa wista,” jelas Suharto selaku kepala
Bidang Kebudayaan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Gunungkidul.
SUMBER : HARIAN JOGJA.COM